Pada hari pertama piket ANTARES di La Seyne kami berusaha me-reboot sebuah kamera dasar laut yang mati. Kamera ini gunanya untuk mengamati bioluminescence atau cahaya alami yang dihasilkan oleh kehidupan (dalam hal ini, kehidupan dasar laut). ANTARES juga adalah sebuah kolaborasi ilmiah dengan ahli biologi laut.

Untuk melakukan reboot, kami harus mematikan sambungan listrik yang menghidupi kamera dasar laut tersebut lalu menyalakannya kembali. Manual operasi yang kami gunakan ternyata mengandung kesalahan fatal sehingga akhirnya yang terjadi adalah seluruh sambungan listrik mati dan tidak hanya kamera bawah laut yang mati, tapi juga seluruh detektor(!) Kami lalu menelepon JPE (sebut saja inisialnya demikian) di Marseille, dia yang bertugas menjadi koordinator operasi (run coordinator). Karena tidak ada yang mengangkat, kami tersambung ke operator. Operator bilang, coba telepon nanti karena ini jam makan siang. Wadhuh, ini sudah jam 12.50… jam begini kami-kami yang di Belanda biasanya sudah selesai makan…

Kami lalu menunggu dengan setengah panik. Detektor neutrino seharusnya bekerja mengambil data 24/7 oleh karena itu kalau dia sampai mati karena hal yang tidak perlu, ini adalah peristiwa memalukan. Kami lapor ke logbook elektronik (elog) bahwa terjadi persoalan dengan listrik dan masalah ini sedang ditanggulangi, untungnya tidak ada yang marah-marah. Barangkali karena ini masih jam makan siang jadi tidak ada yang baca elog. Setengah jam kemudian saya coba telepon kembali JPE dan kembali kami disambungkan ke operator. Masih makan siang! Barulah saya teringat akan isi artikel yang pernah baca, bahwa orang Perancis makan siangnya memang lama yaitu sekitar dua jam. Menurut survey ini adalah salah satu durasi makan siang terpanjang di dunia. Oleh karena itu apabila mereka baru mulai makan jam 12, harus ditunggu paling tidak sampai jam 14.00.

Tradisi makan siang yang lama ini konon katanya adalah cara makan orang beradab. Sebagai kebudayaan dengan tradisi masakan yang tinggi, tidak heran apabila Orang Perancis menikmati sekali waktu-waktu makan. Biasanya makan siang dua jam ini terdiri atas makanan pembuka, makanan utama, cuci mulut, dan kopi. Pada umumnya orang pergi makan siang ke restoran atau bistro (restoran kecil. Semacam warung lah), tapi di desa-desa atau kota-kota kecil tidak jarang orang pulang ke rumah untuk makan siang. Restoran atau bistro hampir pasti menyediakan formule yaitu kombinasi makanan pembuka + makanan utama atau makanan utama + cuci mulut dengan harga yang lebih murah daripada harga à la carte (harga setiap makanan secara terpisah).

Saya pernah makan di kampus Perancis dan tetap disediakan formula three course meal dengan harga mahasiswa. Membawa makanan sendiri dari rumah juga wajar, walaupun makan roti isi di meja kantor dapat dianggap sebagai kebiasaan yang tidak Perancis dan kurang beradab.

Kebiasaan makan siang dua jam ini kini perlahan-lahan semakin hilang karena persoalan krisis kredit akhir-akhir ini. Pada tiga bulan pertama tahun 2008 sekitar 3000 tempat makan di Perancis ditutup karena bangkrut, jumlah restoran yang bangkrut naik 25% dari tahun sebelumnya, dan jumlah café yang tutup naik sekitar 56%. Ketimbang makan siang dua jam dengan three course meal, pekerja kantoran di Paris kini lebih memilih makan makanan cepat saji, baguette dari toko roti, atau makanan dingin dari supermarket, dan durasi makan siang kini berkurang drastis menjadi setengah jam. Sudah semenjak lama durasi makan siang di Paris berkurang menjadi hanya setengah jam namun kebiasaan makan siang dua jam masih bertahan di daerah.

Saya berharap JPE adalah tipe orang yang makan siangnya tidak terlalu lama. Saya coba telepon dia lagi pukul 13.45 dan ternyata… kembali tersambung ke operator(!) Dia bilang, tunggu sebentar lagi. Wah rupanya dia masih punya duit untuk makan siang berlama-lama. Mungkin karena JPE bekerja di institut riset yang disubsidi negara, lagipula ini di Marseille. Walaupun Marseille adalah kota berpenduduk kedua terbanyak setelah Paris, barangkali kebiasaan di Marseille berbeda dengan di Paris yang praktis adalah kota metropolitan.

Berbeda dengan di Perancis, makan siang di Belanda jauh lebih singkat. Pada umumnya, pukul 12.15 saya turun makan siang bersama rekan-rekan dan pukul 13.00 saya sudah kembali bekerja. Teman-teman lain biasanya ngopi-ngopi di lantai dasar dan ngobrol-ngobrol sampai pukul 13.15, jadi break paling lama hanya satu jam. Begitu melihat jam sudah 13.50, saya duga Maarten (supervisor dan promotor thesis saya) pasti sudah berada di kantornya. Saya telepon ke Belanda dan Maarten menjawab. Saya ceritakan permasalahan yang terjadi, dan Maarten membantu melalui koneksi remote. Masalah terselesaikan. Kamera bawah laut kembali bekerja, detektor menyala kembali, dan pengambilan data dilanjutkan kembali.

Pukul 14.30 ada telepon, ternyata dari JPE yang sudah selesai makan siang. Dia bertanya ada apa dan kami ceritakan masalah yang terjadi, melaporkan manual operasi yang salah, bahwa Maarten sudah membantu menyelesaikan masalah, dan kini nampaknya segalanya berjalan normal kembali. Di akhir pelaporan kami, JPE meminta maaf tidak bisa menjawab telepon segera karena makan siang di Perancis sangat lama. Sambil nyengir saya bilang tidak apa-apa dan memakluminya. Ini Perancis.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: