Gedung Observatorium Skalnaté PlesoDi Perpustakaan Observatorium Bosscha, terdapat sebuah rak dengan label “Skalnaté Pleso.” Perpustakaan Bosscha adalah perpustakaan unik yang tidak hanya menyimpan buku-buku teks astronomi tua yang modal awalnya disumbangkan oleh Direktur Observatorium Leiden pada zaman dahulu, Prof. Hendricus van de Sande Bakhuyzen, hingga buku-buku teks terbaru, tetapi juga jurnal-jurnal astronomi yang dilanggani atas biaya dari Yayasan Dana Leiden-Kerkhoven-Bosscha (Stichting Het Leids Kerkhoven-Bosscha Fonds atau LKBF). Perpustakaan kecil ini juga menyimpan literatur-literatur astronomi dari observatorium-observatorium dari empat penjuru mata angin. Sungguh menarik menyusuri rak-rak yang tingginya hampir 3 meter tersebut, karena di situ selalu tertulis nama-nama observatorium legendaris yang dulunya berjaya namun sudah dilupakan orang, atau yang kini masih berjaya: Mount Stromlo (Australia), La Plata (Argentina), Pulkovo (Rusia), Lund (Swedia), Byurakan (Armenia), David Dunlap (Kanada), dan…Skalnaté Pleso. Menyusuri rak-rak ini, sambil membacai satu persatu nama-nama observatorium itu, serasa berkelana mengelilingi dunia, berdiskusi dengan pegiat-pegiat astronomi di masing-masing observatorium, yang masing-masing sangat bersemangat membagi pengetahuannya…

Skalnaté Pleso, di mana kah itu? Namanya yang eksotis tentu saja membuat kita penasaran. Melihat lebih lanjut ke dalam rak di bagian itu akan membuat kita melihat sebuah jurnal ilmiah: Contributions of the Astronomical Observatory Skalnaté Pleso. Tentu saja ini belum membantu kita mengetahui letak Observatorium dengan nama aneh namun eksotis ini. Melihat ke dalam jurnalnya, kita akan melihat nama-nama seperti Tremko, Vetesnik, dan…Becvar. Nama-nama yang berbau Eropa Timur! Namun di manakah persisnya Observatorium Skalnaté Pleso ini?

Jawaban perlahan-lahan mulai terkuak dalam kuliah Pak Bambang, Dinamika Sistem Bintang. Dalam suatu sesi, dia berseru, “Tri, ambilkan atlas Skalnaté Pleso!” Di salah satu laci di ruang baca tempat menyimpan atlas-atlas galaksi dan cetakan plat-plat survey POSS (Palomar Observatory Sky Observatory), terdapat pula sebuah atlas dengan sampul berwarna putih, berjudul Atlas Coeli Skalnaté Pleso, disusun oleh Antonin Becvar. Aha! Inilah Observatorium dengan nama eksotis tersebut! Pak Bambang lalu membuka atlas tersebut untuk menunjukkan suatu daerah di langit, dan tersingkaplah suatu karya tiada tanding: Enam belas halaman berwarna yang memetakan seluruh langit, mencakup seluruh bintang yang lebih terang dari magnitudo 7.75. Terdapat gradasi magnitudo untuk seluruh bintang, dan juga menunjukkan letak bintang ganda visual maupun spektroskopik, sistem bintang majemuk, nova, supernova, dan sumber-sumber radio. Juga dicantumkan gugus galaksi dan gugus bola, nebula, dan galaksi-galaksi luar yang terang hingga 13 magnitudo. Total ada sekitar 35 000 objek dalam atlas ini, dipetakan dengan skala 1° = 0.75 cm, digambar dengan tangan… Bahkan bentuk awan Bima Sakti pun juga digambarkan dalam atlas ini. Benar-benar sebuah kartografi langit yang amat menawan…Salah satu halaman Atlas Skalnate Pleso

Selama lebih dari tiga dekade Atlas Skalnaté Pleso tak tertandingi, dan menurut Pak Bambang ini adalah atlas paling penting dalam telaah struktur Galaksi. Atlas ini disusun antara tahun 1947-48 dari sejumlah katalog bintang. Antonin Becvar, direktur Observatorium Skalnaté Pleso yang memimpin proyek ini, dengan dibantu oleh mahasiswa-mahasiswa yang menghabiskan musim liburan mereka di Observatorium. Hasilnya tidaklah percuma untuk sebuah pekerjaan sebelum datangnya teknologi digital: seluruh objek harus dipetakan ke dalam atlas tersebut secara manual oleh Becvar sendiri, dan karena Becvar mengumpulkan daftar objek-objeknya dari katalog-katalog lama (rata-rata diukur untuk koordinat di tahun 1900), maka seluruh objek harus dihitung ulang posisinya (perubahan posisi ini bisa karena pergeseran sumbu rotasi Bumi atau karena pergerakan bintang itu sendiri) agar cocok dengan posisinya sekarang (Becvar menghitung posisi bintang itu untuk tahun 1950)!

Antonin BecvarSiapa penyusunnya? Antonin Becvar adalah pendiri dan Direktur pertama Observatorium Skalnaté Pleso. Dia lahir pada tahun 1901 di Stara Boleslav di Republik Chek (pada waktu itu masih menjadi bagian dari Austro-Hungaria). Memperoleh gelar Doktor dari Universitas Charles di Praha, selanjutnya bekerja sebagai klimatolog di Strbske Pleso, Slovakia, semenjak tahun 1937, hingga mendirikan Observatorium Skalnaté Pleso. Sebagai seorang pemburu komet, Becvar menemukan dua komet yang diberi nama 1942IV dan 1947III. Pekerjaan ini mungkin yang menginspirasikannya untuk menyusun sebuah atlas langit yang lengkap, sebagaimana sesama pemburu komet Charles Messier dulu menyusun sebuah katalog yang kemudian bernama Katalog Messier: Untuk memapankan yang sudah diketahui sebagai pilar untuk meraih yang belum diketahui (Charles Messier adalah seorang pemburu komet. Untuk menghindari salah identifikasi dia menyusun katalog yang berisikan objek-objek menyerupai awan (nebula), sehingga dia dan sesama pemburu komet lainnya tidak keliru dalam mengidentifikasi komet baru). Bila melihat di ADSABS, Publikasi Antonin Becvar tidak banyak, namun sumbangannya bagi astronomi sangat besar. Bisa dikatakan, pemetaan langit kemudian menjadi pekerjaan utama dalam hidupnya. Atlas Coeli II menyusul kemudian di tahun 1951, kali ini dilengkapi katalog bintang, dan setelah Becvar pensiun, keluarlah tiga atlas lagi: Atlas Eclipticalis (1958. Daerah di sekitar lingkaran ekliptika: deklinasi antara -30 dan +30°), Atlas Borealis (1962. Peta langit utara, dengan deklinasi di atas +30°), dan Atlas Australis (1964. Peta langit selatan, deklinasi di bawah -30°).

A-ha! jadi Observatorium Skalnaté Pleso ada di Slovakia? Betul! Observatorium di lokasi yang cantik ini (lihat saja fotonya!) terletak di kaki gunung Skalnaté Pleso yang menjadi bagian dari Pegunungan Tatra, pada ketinggian 1783 m. Observatorium ini menjadi legendaris berkat nama besar Antonin Becvar dan atlas Skalnaté Pleso yang amat berguna untuk segala pekerjaan pemetaan, survey, dan perburuan komet.Observatorium Skalnate Pleso Letak Skalnaté Pleso di kaki gunung membuatnya terpencil dari masyarakat, dan mengingatkan kita akan tradisi monastik seorang astronom: sendiri, memisahkan diri dari keramaian, pergi ke tempat-tempat terpencil di dunia, untuk memperoleh data dengan kualitas terbaik. Sebagai seorang klimatolog kita boleh percaya pada kepiawaian Becvar untuk mencari tempat yang cuacanya paling baik. Dan inilah dia, sebuah Observatorium di Eropa Timur dengan pemandangan yang cantik dan nama yang eksotik.

Rasi Andromeda menurut Al-Sufi, dibandingkan dengan rasi ikan yang berasal dari sistem rasi Arab. Perhatikan letak Galaksi Andomeda di dekat mulut ikan tersebut.Antonin Becvar adalah pelanjut dari tradisi uranografi (kartografi langit, alias pemetaan langit) yang sudah dilakukan manusia semenjak lama. Rasi adalah cara paling awal untuk memetakan langit, dan berbagai budaya di dunia memang memiliki kebiasaan untuk menempatkan figur-figur mitologi mereka di langit (atau sebaliknya? Pergerakan benda-benda langit yang menghasilkan figur-figur mitologi tersebut?). Kita kemudian mengetahui bahwa yang mempengaruhi kita hingga sekarang adalah rasi-rasi Babilonia yang kemudian diadaptasi oleh orang-orang Yunani yang memodifikasinya dengan mitologi mereka. Ilmuwan-ilmuwan Islam pun kemudian mengadopsi rasi-rasi ini sekaligus memberi nama pada beberapa bintang. Atlas langit sering diproduksi bersamaan dengan produksi sebuah katalog bintang. Astronom Persia, Al Sufi, menghasilkan daftar rasi yang didasarkan pada rasi-rasi Yunani. Bahkan Al Sufi menggambarkan letak Galaksi Andromeda dan mencatatnya sebagai sebuah awan (perhatikan titik-titik hitam di dekat mulut ikan pada gambar di atas)!

Pemetaan langit sebagian besar dilakukan di belahan Bumi utara oleh karena itu langit selatan tidak dapat diamati dan merupakan terra incognita bagi astronom-astronom utara. Pedagang-pedagang Islam mencatat keberadaan Awan Magellan namun hal itu tidak muncul dalam peta Al Sufi. Usaha pemetaan langit selatan dilakukan bersamaan dengan abad eksplorasi bangsa Eropa ke seluruh dunia. Dalam “de eerste scheepvaart naar de oost” (1595-96, pelayaran pertama ke timur), Frederick de Houtman (Frederick adalah kakak dari Cornelis de Houtman, yang kemudian membuka jalur perdagangan rempah-rempah dari Belanda ke Nusantara) dan Pieter Dircksz Keyzer memetakan langit selatan secara sistematis. Petrus Plancius, seorang pendeta Vlaam, kemudian membentuk 12 rasi baru dari laporan de Houtman. Johannes Bayer kemudian memasukkan 12 rasi ini ke dalam atlas langitnya, Uranometria (1603).Konstelasi langit selatan yang dibentuk Petrus Plancius dalam Uranometria (1603) yang disusun Johannes Bayer. Dapatkah Anda menemukan Awan Magellan Besar dan Kecil dalam atlas ini?

Dari Uranomeria, pemetaan langit berkembang dan sejumlah peta langit terus diterbitkan hingga sekarang. Johannes Hevelius menerbitkan Firmamentum Sobiescianum (1690) dan John Flamsteed, Astronomer Royal pertama (Astronomer Royal adalah gelar yang diberikan Kerajaan Inggris untuk astronom utama yang memimpin penelitian astronomi di Inggris. Tradisi ini masih berlangsung hingga sekarang. Astronomer Royal saat ini adalah Sir Martin Rees) menerbitkan Atlas Coelestis (1729), hingga…Antonin Becvar dengan Atlas Coeli Skalnaté Pleso (1948).

Tradisi uranografia terus berjalan, namun keperluannya berubah. Dalam peta-peta tua, seni menggambar konstelasi tetap muncul, bahkan kadang-kadang porsi utama diberikan kepada rasi sementara hanya bintang-bintang paling terang yang dicantumkan. Setelah penemuan teleskop, uranografia semakin menekankan porsinya pada posisi bintang-bintang dengan akurat. Dalam kartografi tua, kita akan melihat daerah kosong di Bumi dan tulisan “here be dragons” atau bahkan gambar naganya itu sendiri atau figur-figur mitos lainnya. Semakin banyak penjelajahan dilakukan semakin hilang alam khayal itu dari peta. Begitu juga dengan peta langit. Mitologi menghilang dan rasi menghilang sama sekali, digantikan dengan posisi bintang dan garis-garis petak (grid). Peta-peta modern, termasuk atlas Skalnaté Pleso, adalah peta modern yang tidak lagi menekankan pada rasi tetapi ditekankan pada pemetaan posisi bintang dengan akurat.

Atlas Skalnaté Pleso yang diproduksi di kaki Pegunungan Tatra tak tergantikan sampai Wil Tirion menerbitkan Sky Atlas 2000.0 pada tahun 1981. Atlas ini memetakan langit untuk tahun 2000.0, dengan skala 1° = 1 cm, dan mencantumkan bintang hingga magnitudo 8.0. Bila sekarang kita melihat atlas-atlas digital baik dalam bentuk perangkat lunak maupun online seperti Wikisky, kita perlu ingat bahwa di balik semua ini juga terdapat kerja keras seorang Antonin Becvar dan murid-muridnya yang menghabiskan hari-hari musim panas kaki Pegunungan Tatra, di sebuah Observatorium dengan nama yang eksotik.

7 comments

  1. Kalau lu liat2 website-nya lu bisa liat kalau alat2 mereka gak jauh beda dengan di Lembang, paling gede reflektor 60cm.

    Kalau keaktifan, cek aja di ADSABS, publikasi-publikasi Skalnate Pleso di jurnal internasional seberapa aktif. Kalau gw liat2 website Skalnate Pleso, kelihatannya mereka punya jurnal sendiri yang diterbitkan dalam bahasa slovakia, jadi lebih banyak main di jurnal nasional. Kalau Lembang…gak tau deh apakah Warta Astronomi masih aktip apa enggak (kayaknya sih dah enggak).

    Untuk perbandingan publikasi Lembang dan Skalnate Pleso di jurnal-jurnal internasional, di sini publikasi astronom-astronom Lembang dalam 30 tahun terakhir dan di sini publikasi Skalnate Pleso dalam 30 tahun terakhir juga. Gw gak tau apakah ini lengkap atau tidak, tapi kalau dilihat-lihat kelihatannya dalam 15 tahun terakhir, paling tidak ada 3 publikasi Lembang tentang pengamatan bintang ganda dengan Zeiss. Kayaknya hampir sebanding deh dengan publikasi Skalnate Pleso, kira-kira 5 publikasi juga.

    Kalau dilihat dari segi publikasi, peneliti2 jurusan kita cukup aktip loh tapi peralatannya udah gak pernah dipake lagi untuk publikasi.

  2. keren! baru kali ini baca yang kayak gini. hehe.. gua penasaran ama nama gua makanya gua lagi cari tahu tentang galaksi andromeda.. eh, jadinya malah nyasar ke sini.. tapi gua suka sama ceritanya.. mungkin lain kali kita bisa ngobrol.

Leave a Reply to andrameda Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: