Sabtu 31 Maret 2007, di Diemen diselenggarakan peringatan 40 hari meninggalnya Sobron Aidit. Pada tanggal 10 Febuari 2007, Sobron meninggal dunia di Paris dan jenazahnya diperabukan kira-kira seminggu kemudian, 16 Febuari, di pemakaman Pere Lachaise, Paris. Gw juga hadir di situ, dan ceritanya ada di sini.

Kali ini adalah cerita tentang salah seorang yang hadir dalam peringatan 40 hari meninggalnya Sobron. Pada acara itu berkumpul eksil-eksil politik Indonesia, orang-orang yang paspornya dicabut oleh rezim Orde Baru, mereka yang terlupakan oleh sejarah “resmi” Indonesia, dan pada akhir acara bertemulah gw dengan seorang bernama Pak Tantyo:
Pak Tantyo (PT): “Kamu di sini kerja atau kuliah?”
Tri (TL): “Saya kuliah Astronomi, Pak. Di Leiden.”
PT: “Wah agak dekat dengan saya ya, saya dulu belajar Fisika Teori.”
TL (kagum): “Wuaaah….hebat dong Pak! Itu jarang-jarang ada orang Indonesia yang paham! Di mana dulu Pak?”
PT: “Di Moskow.”
TL (semakin kagum): “WUUUAAAAHHH….DI MOSKOW? WAH DULU BELAJARNYA SAMA LANDAU DONG PAK?”

Lev Landau (1908-1968)Bila mengasosiasikan fisika teori dengan Uni Soviet, maka mungkin hanya akan ada dua kata yang terpikir: Lev Davidovich Landau, atau Landau & Lifshitz. Lev Landau mungkin adalah fisikawan teori terbesar di seantero Uni Soviet, sementara Landau & Lifshitz adalah kependekan dari Lev Landau dan Evgeny Lifshitz. Evgeny adalah murid dan teman baik Landau, mereka berdua menulis seri buku teks fisika teori yang amat penting dan masih digunakan hingga sekarang: Course of Theoretical Physics, seri buku di mana gosip beredar bahwa peran Landau maupun Lifshitz adalah, “Landau write nothing while Lifshitz said nothing.” Pada tahun 1962, Landau menerima Hadiah Nobel Fisika atas sumbangannya dalam teori superfluiditas yang menjelaskan sifat-sifat Helium cair pada temperatur 2.19 K (-270.96°C). Sumbangan penting lain Landau adalah Teori Superkonduktivitas Landau-Ginzburg yang dikembangkannya bersama Vitaly Ginzburg. Sebagai seorang seorang jenius matematika, Landau menulis bahwa ia tak ingat masa-masa ketika ia tak mengerti kalkulus.

PT: “Wah saya tidak sempat bekerja dengan Landau, tapi saya pernah mendengarkan satu kali kuliah Landau.”
TL: “Itu sebelum Landau kecelakaan?”
PT: “Ya, sebelum Landau kecelakaan. Kalau tidak salah itu tahun ’62 atau ’63.”

Pada tahun 1962, Landau mengalami kecelakaan mobil dan koma. Seluruh kolega, sahabat, dan murid Landau berkumpul di rumah sakit dan membangun jaringan kerja untuk menyelamatkan Landau. Ilmuwan-ilmuwan besar yang bahkan tak punya pengetahuan kedokteran, akademisi, dokter, kandidat doktor, rekan-rekan sebaya Landau maupun murid-muridnya, semua bekerja sukarela untuk menjadi kurir, supir, supplier, sekretaris, menjaga Landau di rumah sakit, atau bahkan menjadi portir. Di rumah sakit tempat Landau dirawat dibangun sebuah sentral informasi yang menyimpan nomor-nomor yang bisa dihubungi dan disusun secara alfabetis, 223 nomor telepon dikumpulkan: rumah-rumah sakit, pangkalan bis, bandara, kantor pajak, apotik, kementrian, dokter spesialis… Bahu-membahu mereka berusaha menyelamatkan Landau. Pada suatu hari kelihatannya Landau membutuhkan mesin pernafasan buatan, dan seorang fisikawan teoritis menganjurkan agar mesin itu segera dibuat di Institut Permasalahan Fisika (Institut di mana Landau mengepalai divisi Fisika Teori. Divisi Fisika Teori kemudian memisahkan diri menjadi Institut Landau untuk Fisika Teori). Ini sebenarnya tidak perlu dan sangat naif, namun begitu spontan demi menyelamatkan kolega mereka. Para fisikawan itu akhirnya mendapatkan mesin itu dari Insitut Studi Poliomyelitis dan dengan tangan mereka sendiri membawa mesin itu ke ruangan tempat Landau dirawat. Pada akhirnya, setelah tiga bulan tak sadarkan diri, Landau bangun tapi ia tak pernah kembali seperti semula. Bulan Desember 1962, setelah pengumuman Hadiah Nobel yang dianugerahkan kepada Landau, Majalah Time melansir berita tentang kondisi Landau yang buruk dan sekarat namun mampu bertahan hidup. Pada waktu itu dokter-dokter Uni Soviet dan kolega-kolega Landau masih optimis bahwa ia akan kembali seperti sedia kala. Namun Evgeny Lifshitz, dalam kenangannya tentang Landau (dalam edisi ketiga buku Mekanika Landau & Lifshitz), menulis bahwa “enam tahun selanjutnya hanyalah perpanjangan kesakitan dan penderitaan Landau.” Landau akhirnya meninggal tahun 1968 dan buku-buku yang ditulis Landau setelah ia kecelakaan, menurut Yuri Levin (supervisor riset gw), adalah “Landau’s worst books.”

TL: “Bagaimana dulu rasanya diajar Landau, Pak?”
PT: “Landau itu sangat otoriter.”
TL: “Wah galak ya Pak?”
PT: “Wah iya. Kalau ada sesuatu problem yang Landau sangat tertarik, lalu ditanyakan kepada mahasiswanya dan mahasiswa tidak bisa jawab, langsung disuruh pulang sama Landau. Disuruh belajar geometri, belajar lagi matematika. Itu bisa dua bulan baru boleh ketemu lagi.”

Mahasiswa-mahasiswa yang ingin diangkat menjadi murid Landau harus melampaui serangkaian ujian fisika teori yang dinamakan Landau sebagai “teoritis minimum,” yaitu serangkaian ujian matematika dan fisika yang minimal harus dikuasai seorang fisikawan teori. Dengan metode ini Landau mengharuskan seorang fisikawan mengetahui problem-problem umum dalam fisika dan tidak hanya terspesialisasi di satu bidang. Situs ini mendaftar ujian-ujian “teoritis minimum” yang harus dilewati calon mahasiswa Landau.

Boris Ioffe, salah satu murid Landau yang lewat ujian ini, menceritakan proses ujiannya. Seorang mahasiswa yang tertarik tinggal menelepon Landau dan membuat janji. Pada hari yang telah disepakati, mahasiswa tersebut datang ke apartemen Landau dan Landau akan meminta mahasiswa tersebut untuk menaruh jaketnya di kapstok dan melepaskan segala buku dan catatan. Dia kemudian dipersilakan duduk di sebuah meja bundar yang hanya tersedia kertas dan alat tulis. Landau kemudian akan memberikan soal dan pergi. Setiap 15 atau 20 menit dia akan kembali dan melihat perkembangannya.

TL: “Wah sampai begitu Pak?”
PT: “Iya. Mahasiswa-mahasiswa itu gemetar kalau berhadapan dengan Landau.”

Landau terkenal sebagai seorang yang arogan dan keras pada murid-muridnya. Ioffe bercerita, bahwa menjadi murid Landau tidak memberikan privilese apa-apa, hanya kewajiban yang bertambah. Adakah privilese untuk bertanya dengan bebas dan meminta nasihat pada Landau? Tidak juga, karena semua orang bisa melakukan itu. Yang jelas hanya ada kewajiban tambahan yaitu mempresentasikan suatu topik pada Seminar Landau. Seminar ini sangat terkenal dan sangat serius dalam penyelenggaraannya. Setelah satu seminar, Landau akan membawa edisi terbaru Jurnal “Physical Review” dan menunjuk seorang pembicara untuk membahas salah satu makalah di dalamnya. Si pembicara tidak hanya harus meninjau makalah tersebut, mempresentasikan ide dasar dan hasilnya, tetapi juga harus memahami bagaimana hasil tersebut diperoleh, menjelaskan formula-formula yang digunakan, termasuk teknik-teknik eksperimennya, dan juga harus berpendapat apakah hasil tersebut dapat dipercaya atau tidak. Pendek kata, kata Ioffe, sang pembicara seolah-olah menjadi penulis makalah tersebut dan dengan demikian bertanggung jawab atas isi maupun kesalahannya. Siapa yang tidak siap akan diusir oleh Landau. Bila ini terjadi beberapa kali, Landau tidak akan mau bicara dengan orang tersebut sampai dibujuk oleh peserta lain yang cukup dekat dengannya. Barulah Landau bisa memaafkan orang tersebut.

Kembali ke persoalan ujian teori minimum. Keberadaan Landau di ruangan itu dapat meruntuhkan mental seseorang. Bila Landau memeriksa proses jawaban seorang mahasiswa, seperti yang dialami Ioffe, dan dia diam saja, berarti tidak ada masalah. Bila dia menggumam, “hmmm…” berarti ada masalah. Ini dialami Ioffe dalam ujian fisika statistik. Ioffe memulai dengan salah, Landau tiba, melihat, lalu “hmmm…” lalu pergi. 20 menit kemudian Landau kembali, melihat lagi, lalu “hmmm…” dengan nada yang semakin tidak puas.Evgeny Lifshitz, murid dan teman dekat Landau Evgeny Lifshitz lalu datang, melihat lembar jawaban Ioffe, lalu berseru, “Dau, jangan buang waktu, lempar saja dia keluar!” Namun Landau menjawab, “Kita kasih saja dia waktu 20 menit lagi.” Dalam 20 menit Ioffe mampu menjawab dengan benar. Meskipun begitu, Ioffe membutuhkan waktu 2 tahun untuk menyelesaikan rangkaian ujian teori minimum tersebut.

Soal-soal yang diberikan Landau sangat rumit dan membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam untuk diselesaikan. Berikut ini adalah contoh soal ujian elektrodinamika: “Sebuah bola dielektrik dengan suseptibilitas magnetik dan elektrik e_1 dan m_1 berotasi dengan frekuensi sudut w dalam sebuah medium dengan medan listrik konstan E. Medan ini memiliki suseptibilitas magnetik dan elektrik e_2 dan m_2. Sudut antara sumbu rotasi bola tersebut dengan arah medan E adalah alpha. Tentukan medan listrik dan magnet di dalam bola dan di dalam medium.”

Vitaly Ginzburg pada tahun 1947Selama karier Landau, hanya 43 orang mahasiswa yang lulus serangkaian ujian teoritis ini (Vitaly Ginzburg, btw, bukanlah murid Landau walaupun ia mengikuti seminar Landau secara reguler. Ginzburg adalah murid Igor Tamm yang punya sekolah sendiri selain Landau. Menurut Landau, Ginzburg bukan muridnya dan hanya sering nongkrong saja di sekolahnya). Bila mendengar cerita Ioffe, kecenderungan Landau untuk menghina orang-orang yang dianggapnya bodoh, dan juga sulitnya berbicara dengan Landau, gw pikir ada benarnya cerita Pak Tantyo tentang mahasiswa yang takut dengan Landau hingga gemetar. Salah satu kredo Landau adalah: seorang fisikawan harus menguasai persoalan-persoalan fisika secara umum dan tidak boleh terlalu terkotak-kotak dalam spesialisasi sehingga tidak mengerti sama sekali bidang lain. Seseorang yang diminta membicarakan satu makalah dalam “Physical Review” lalu menolak karena “hmmm…ini bukan bidang saya,” akan langsung diekskomunikasi oleh Landau. Yang jelas Landau adalah seorang jenius yang keras kepala.

Landau dan murid-muridnya, 1956. Belakang (kiri ke kanan): S.S. Gershtein, L.P. Pitaevskii, L.A. Vainshtein, R.G. Arkhipov, I.E. Dzyaloshinskii. Depan (kiri ke kanan): L.A. Prozorova, A.A. Abrikosov, I.M. Khalatnikov, L.D. Landau, E.M. Lifshitz.

Begitulah pembicaraan kami. Saya tidak menyangka bahwa di antara mahasiswa-mahasiswa yang dulu dikirim Soekarno untuk belajar di luar negeri, di antara mereka juga ada yang dikirim untuk belajar Fisika Teori, sebuah bidang yang bagi banyak orang mungkin terlalu mengawang-awang dan mungkin tidak kontekstual untuk kebutuhan pembangunan Indonesia pada akhir 50an – awal 60an dulu. Tapi tidak, Fisika Teori adalah investasi untuk masa depan, untuk membangun mentalitas ilmiah bangsa kita.

Nasib Fisika Teori di Indonesia mungkin akan berubah seandainya Pak Tantyo tidak diasingkan oleh rezim Orde Baru. Mungkin ia akan pulang kembali ke Indonesia, membawa hasil pembelajarannya, pengalamannya belajar di bawah Landau, dan membangun komunitas Fisika Teori. Wajah ilmu pengetahuan Indonesia mungkin akan berbeda sekali.

8 comments

  1. Yang sudah meninggal atau yang sudah pensiun?
    Entar-entar deh disimpan buat nanti… :p

    Dosen-dosen jaman dulu kayaknya banyak yang kayak gitu semua ye, disiplin dan super galak. Kalau di jaman modern, kayaknya dah jadi anakronisme deh.

  2. wuuuuuuuu kejam benerrrr…… tp salut dah gue. beda euy liat org jadul ma yg sekarang. yg jadul itu kok keknya lebih terasah ketimbang yg sekarang yg maunya instan semua.

  3. Orang fisika memang harus kenal landau! Cuma Landau yang berhasil membuat buku teks super lengkap di bidang fisika! Kalau ndak salah ada 7 volume. Dengan kapasitas seperti ini, tidak disangsikan lagi bahwa akademisi fisika manapun bakal angkat tangan sekaligus angkat kaki mendengar nama Landau! Hahahahaha…

    BTW, soal yang diajukan Landau ternyata tidak susah-susah amat. Bukannya kenapa, pertanyaan itu adalah pertanyaan mengenai elektromagnetisme dalam bahan. Jawabannya bisa ditemui di buku Griffit. Kalau begini gw bisa jadi muridnya Landau kali yah?

    Landau adalah jawaban trivial bagi banyak pertanyaan. Coba deh, kalau ada orang nanya sesuatu yang sulit yang kita tak tau jawabannya, jawab saja: landau.. alias “lan ndak ‘au..”. *garing*

    Landau juga mendapat Nobel khan yah? CMIIW

  4. Wah kagak nyimak loe, hehehehe 😀 jelas2 di paragraf kedua gw dah nulis kalau Landau dapat Nobel tahun 1962, di tahun dia mengalami kecelakaan.
    Buku Landau dan Lifshitz cukup sulit dicerna karena Landau mencoba menulis ulang fisika dari pendekatan yang berbeda dari cara penulisan buku teks. Ambil contoh jilid mekanika, misalnya. Landau tidak memulai secara historis dengan menerangkan mekanika Newton, tetapi justru potong kompas dengan memulai dari prinsip-prinsip paling fundamental tentang mekanika yaitu Lagrangian dan Hamiltonian. Buat orang yang sebelumnya gak tau sama sekali mekanika, itu bakal sulit, tapi kalau buku habis dibaca, prinsip-prinsip dasar mekanika dah kepegang.
    Sudah lama ada gosip kalau pekerjaan Lifshitz sebenarnya cuma menulis apa-apa yang didiktekan Landau, hehehehe…

  5. dosen killer itu sekaligus pain killer.
    dulu pas lagi migren kalo dipanggil babeh hilang tuh migren.
    loh ini babeh apa landau???

    wah tulisan2mu seru dan rancak nih, bung. kaya bener lu.
    tinggal belajar sufisme, udah deh jadi nabi hahahahaha

    salam hangat dari negeri tropis yang hangat,
    nata

  6. Gw pernah baca sih volume yang ngebahas elektromagnetisme. Buset kaga ngerti gw.. maklum aja, gw baca versi bahasa Rusia yang ditulis pake huruf entah apa :)). Tulisan Landau emang buruk 😛

    Ternyata Landau kejam luar dalam yah, ga di kelas, ga di kertas kakakaka…

Leave a Reply to Anton Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: